Aku ingin pulang...
Sekarang, seperti memikirkan begitu banyak hal yang diduga-duga.
Sekarang,
seperti melihat ada perubahan sikap orang-orang terdekat.
Sekarang,
seperti menganggap diri ini begitu kecil, tak ada yang bisa diteladankan.
Sekarang,
seperti tampak ketakutan dalam berbicara dan bertindak, sepertinya berekspresi
sedikit aja bisa jadi salah, bisa membuat mengira-ngira.
Sekarang,
berkata, berlaku dan menjadi apa, harus kembali, apa ini memuliakan namaNya?
Ketika
tidak ada sinkronisasi antara yang dibagi dan dihidupi…aku terjebak, Tuhan, aku
tidak bisa jadi sempurna.
Engkau
tidak bisa jelek, bagaimanapun, Engkau tetap Tuhan yang berkuasa.
Tapi…bukankah
kita ini adalah wakil-wakilNya, yang mencerminkan Dia?
Tuhan,
Ku
menyadari, ternyata diriku dan segala aspeknya…terbatas.
Mataku
terbatas melihat ke segala arah.
Telingaku
terbatas mendengar berita.
Tanganku
terbatas menolong, memberi, melakukan banyak perkara.
Kakiku
terbatas, sehingga aku tidak bisa berada di segala tempat.
Pikiranku
sangat terbatas, tak mampu menampung, jangankan menampung, mengetahui pikiran
orang lain pun, aku tidak bisa.
Hatiku
terbatas, sungguh terbatas, untuk merasa-rasa yang orang lain rasa, yang belum
tentu jadi dan benar adanya.
Tuhan…bawalah
aku kembali pada cinta mula-mula denganMu.
Bawaku
kembali tuk selalu memandang pada salib dan pengorbananMu.
Sehingga
aku sadar lagi, bahwa aku ini bukan Tuhan yang tau dan bisa segalanya.
Aku bukan
Engkau, yang pegang kendali atas hari ini, dan nanti.
Tuhan, apa
yang bisa kulakukan sekarang, apa yang kubisa perbuat bagi Engkau dan sesamaku,
bukan supaya aku dilihat, bukan supaya Engkau tidak jelek, bukan supaya aku
selamat, tapi biar ini selalu jadi semangat dan syukurku, yang telah Engkau
cintai sedalam ini, yang telah Engkau lepaskan dari duri, telah Kau tebus dari
maut mati...
Tuhan,
kenapa aku sebegitu takut kalau kegagalanku akan menjelekkanMu?
Padahal…telisik
demi telisik, bukan aku takut Kau menjadi jelek karnaku, tapi aku takut menjadi
jelek dihadapan yang lain.
Rusak
sungguh rusak, niat tak murni, dan keakuan yang tinggi. Ampuni aku…ampuni aku,
Tuhan.
Aku pikir
saat sudah jadi pelayanMu, jadi anak, jadi kakak, aku harus jadi sempurna dulu.
Tidak,
tentu tidak. Aku masih bisa jatuh, aku masih bisa salah, aku bukan Tuhan yang
sempurna.
Tapi Tuhan,
aku sudah telat 1 semester untuk lulus, aku telah mengecewakanMu dan sekitarku,
mengecewakan orangtua, keluarga, dan mereka yang telah Kau pakai untuk memberkatiku selama kuliah.
Aku tau,
sekarang dan nantipun akan ada hal-hal yang kuperbuat yang mengecewakan, aku
manusia yang tak bisa apa-apa, jika bukan Tuhan yang memampukannya.
Tuhan,
terimakasih Kau tak pernah nyerah dalam hidupku, Kau selalu kasih tau: “Angel, kamu
tetap anakKu”.
Tuhan,
terimakasih tidak pernah melihat dan mengingat-ingat kegagalanku.
Terimakasih,
selalu mengingatkan tentang kasih dan kuasaMu, terlebih nilai-nilaiMu yang Kau
taruh di dalamku.
Terimakasih,
selalu ingatkan aku tentang kebaikan, kebesaran, dan perbuatanMu, pertolongan, pengampunan dan PribadiMu yang selalu sama, tidak berubah.
Tuhan, aku
mengasihiMu, kiranya Kau tetap dan selalu jadi cinta pertama dan terakhirku,
tak tergantikan apapun dan siapapun, seperti halnya diriku yang sangat Kau
sayangi. Bawa aku selalu kembali pada tujuanMu, yaitu hidup bagi Kristus…
3/10/2020
Angel,
yang menanti pulang.
Komentar
Posting Komentar