Ringkasan Buku Radical Disciple – John Stott
Kenapa kita disebut “murid”?
karena hubungan antara kita dengan Yesus, adalah “Guru” dan “murid”.
Murid -> memiliki tanggung
jawab untuk berada “dibawah displin” Sang Guru.
Pemuridan Sejati -> pemuridan
yang sepenuh hati.
Radikal -> mengakar kuat dan
sempurna dalam komitmen.
Murid yang radikal -> tidak
memilih area-area / zona aman & nyaman dengan dirinya dan tidak menjauh
dari area-area yang menuntut sepenuhnya hidup kita untuk tunduk pada otoritas
dan perintah Allah.
8 karakteristik dari pemuridan
Kristen yang seringkali diabaikan:
1. Non
– konformitas
Seringkali kita
“eskapisme”, menjauh dari dunia agar tidak terpengaruh dengan mereka, padahal
ini merupakan tindakan yang tidak menjaga kesucian dan tidak benar, atau juga
kita menjadi “konformisme”, menjadi serupa dengan dunia, atau berusaha
menyamakan diri dengan yang dunia benarkan, agar dapat diterima.
Why? Karena
Tuhan, mau kita jadi BEDA dari dunia, tapi bukan berarti MENJAUH dari dunia.
(ex: Imamat 18: 3-4 , Yehezkiel 11:12, Matius 6:8 , Roma 12:2) budaya “terlibat
tapi tidak kompromi”, contohnya dalam beberapa tren kontemporer:
-
Pluralisme -> sepakat dengan dunia yang menganggap
semua agama sama, dan gak boleh mengklaim salah satu yang benar. Tak perlu
budaya ini, Yesus tetaplah Tuhan, Dia berbeda dengan pengajaran lainnya, Dia
adalah Tuhan dan Juruselamat, tak ada yang bisa mengelaknya
-
Materialisme
-> penyediaan material, tapi fokus & perhatian tidak diarahkan
pada benda-benda tersebut, sehingga menahan kehidupan kerohanian kita
-
Relativisme -> gak kaku ambil pilihan, dengan
menyesuaikan diri dari kondisi, tapi mesti sensitive tuk trus menerapkan
nilai-nilai alkitabiah dalam segala tempat, waktu, dan kondisi
-
Narsisme -> dirimu bisa jadi juruselamat bagi
diri sendiri, mengasihi keakuan kita, lebih dari/bahkan mengesampingkan nilai
dan perintahNya, kasih pada Allah & sesame
Kita -> serupa dengan Tuhan,
bukan DUNIA.
Kita bukan buluh yang mudah
terombang ambingkan angina yang berhembus, kita bukan ikan mati yang terbawa
arus air, dan tak bisa berbuat apa-apa lagi.
2. Keserupaan
dengan Kristus, merupakan kehendak dan tujuan Allah (Roma 8:29, 2 Korintus
3:18, 1 Yohanes 3:2)
Serupa dalam hal
apa?
-
Dalam hal kemanusiaan Allah dan hidupNya selama
di dunia, seperti Yesus akhir hidupnya ialah SALIB, begitupun kita
-
Dalam hal pelayananNya, sekalipun yang harus
kita lakukan adalah hal paling hina dan rendah menurut dunia, melayani hingga
seperti budak, tapi karna kita di dalam Yesus, tidak ada tugas yang terlalu
rendah & hina untuk dilakukan.
-
Dalam kasihNya, mengasihi sampai mengorbankan
hidup
-
Dalam ketabahanNya, still calm dalam penderitaan
-
Dalam misiNya, sebagaimana misi kita hidup di
dunia mesti sama dengan Allah, Ia yang telah masuk dalam dunia & hidup
kita, kita pun mesti masuk dalam dunia & hidup orang lain. Untuk apa? Memberitakan
keselamatan yang hanya di dalam Yesus
Penderitaan -> PROSES
Kegagalan misi -> yang kita
kabarkan tidak dihidupi
Bagaimana supaya kita bisa
lakukan hal-hal ini? Roh Kudus, jawabannya. Spirit on me!
3. Kedewasaan
Situasi saat
ini, pertumbuhan angka terjadi (kuantitas) pada manusia, tapi tidak berjalan
parallel dengan pertumbuhan mutu (kualitas), pertumbuhan tanpa kedalaman.
Menjadi dewasa
di dalam Kristus it means connecting with God, berhubungan secara intim, tidak
dapat terlepas, secara personal, vital, bahkan organis.
Dalam hal apa?
Penyembahan, iman, kasih, ketaatan.
HOW? STOP
menciptakan Yesus versi kita dan kenyamanan kita, how to know Yesus yang
authentic -> the only one answer is BIBLE. Kedewasaan dalam Kristus menjadi
tujuan kita, dan menjadi ketekunan kita untuk pendewasaan orang lain dalam
Kristus pula.
4. Kepedulian
Terhadap Ciptaan
Relasi
fundamental -> me & God, me & others, me & nature. Allah
Pencipta bumi, dan Ia mendelegasikan pada kita, untuk memeliharanya demi Dia.
Gimana hubungan
kita dengan alam?
-
Gak nyembah bumi beserta isinya seperti tuhan
-
Gak menjadi tuhan bagi bumi dan isinya (egois,
serakah)
-
But, me and God are team work, untuk menjaga
serta memelihara bumi, alam, dan isinya
Pekerjaan kita
-> ekspresi penyembahan pada Allah
Kepeduliaan
kita -> ekspresi kasih pada Allah
KRISIS BUMI?????!!!!
Apa yang kita
lakukan, terhadap krisis ini, it means respon, menunjukkan cinta pada Tuhan,
penciptanya. Pertanyaannya: apa yang dilakukan saya sebagai murid yang radikal
bagi alam ciptaanNya? Tentu melestarikan alam, ingat yang kita lakukan, respon
akan keadaan saat ini, adalah bentuk penyembahan pada Tuhan!
5. Kesederhanaan
-> Gaya hidup bagi murid yang menerima hidup baru dalam Yesus.
Kenapa harus
memiliki gaya hidup sederhana?
-
Menjadi komunitas baru yang menampakkan nilai dan
gaya hidup yang baru juga, yaitu kesederhanaan
-
Menjadi komitmen pribadi untuk bergerak dalam
upaya mencegah kematian ribuan jiwa akibat kelaparan
-
Berkontribusi dalam proyek pengembangan manusia
untuk menghasilkan sesuatu dari keterampilannya sehingga kemiskinan teratasi
-
Menjadi bagian perubahan dari pengakuan keadilan
sosial dan politik sosial (ekspresi dan peran)
-
Panggilan hidup sederhana tidak terpisahkan dari
panggilan menjadi suratan terbuka, hidup yang bersaksi dan mempertanggung
jawabkan
-
Merealisasikan iman yang menyelamatkan dilakukan
dengan kasih
6. Keseimbangan
-
Seperti bayi -> haus akan susu murni ->
yaitu Firman Allah, agar pertumbuhan baik
-
Seperti batu-batu kita umat Allah adalah
batu-batu hidup yang mesti meerkat/menyatu, untuk dapat tersusun dan membangun
sebuah bangunan, yaitu Gereja Tuhan
-
Kita adalah imamat Allah, yang diberi hak
istimewa untuk bertemu Tuhan, melalui Yesus Kristus, dan mempersembahkan
persembahan bagiNya. Namun, apakah hak istimewa ini hanya asik dinikmati
sendiri?
-
Berkat ini ditujukan untuk umat Allah (kita jadi
kesaksian)
-
Kita adalah warga kerajaan sorga yang kudus
-
Kita -> pelayan Allah, dan cara hidup kita
beda dengan dunia
-
Konsep keseimbangan -> 6 hal diatas
7. Kebergantungan,
adalah karakteristik yang penting bagi
murid yang radikal, saat kita mencoba tidak bergantung pada Allah, itulah makna
dosa yang sesungguhnya. Pada dasarnya tiap manusia lahir dengan sikap
bergantung satu sama lain. Kebergantungan membawa kepada kedewasaan, dalam arti
ketika kita bergantung, kita juga belajar untuk hal-hal yang kita gak bisa
lakukan sendiri, dengan bantuan orang lain kita melatih diri kita juga untuk
bisa. Kebergantungan juga bagian dari perendahan, yang merupakan proses menuju
kerendahan hati. Bergantung pada orang lain tidak lah salah, atau merasa hal
ini hanya menjadikan beban orang lain bertambah karna kita. Tapi, ketika kita
saling bergantung, kita akan semakin belajar menerapkan kasih Allah untuk
mengatasi beban yang ada, ada kata saling, saling terbeban, saling menolong,
saling mengasihi. Hidup kebergantungan tidak mengurangi nilai diri, serta harkat
martabat seseorang. Karna ini adalah sikap yang tepat dimiliki murid yang
radikal.
8. Kematian
-
Jalan menuju kehidupan adalah kematian
-
Alkitab menjanjikan kehidupan kekal setelah
kematian, hanya di dalam Yesus Kristus
-
Kehidupan kekal, bukan berfokus pada waktu yang
panjang masanya, namun fokusnya ialah kualitas kehidupan yang istimewa dengan
Allah
-
Yohanes 17:3 -> kehidupan kekal adalah
kehidupan yang dihidupi di dalam persekutuan bersama Allah
-
Tapi, ada penghalang akan persekutuan tersebut,
yaitu DOSA. Puji bagi Tuhan, anugerah keselamatan dariNya, Tuhan Allah, Yesus
Kristus tlah mati bagi dosa-dosa kita, Ia menanggung seluruh dosa kita. Kita
dan Allah menyatu dalam kematian & kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, dan
sekarang hidup hanyalah untuk Tuhan saja
-
Kematian juga menjadi prinsip untuk menghidupi
pemuridan, yang berarti ketika kita memberi diri untuk menjadi murid Kristus,
dan menjadi pemurid untuk menjadi alatNya memuridkan orang lain, maka hal ini
sama dengan memberi sepenuhnya hidup kita, bahkan nyawa taruhannya. Seluruh
hidup ini bukan lagi milik kita, tapi milik Allah. Ketika kehilangan nyawa
karena pelayanan untuk Allah, dititik tersebut kita akan menemukan diri kita
benar-benar hidup dalam kehidupan yang sejati.
-
Prinsip kematian dalam misi, ketika kita berani
mati-matian untuk bergiat memberitakan keselamatan dalam Yesus, sekalipun
sengsara dan derita harus dilewati, kita bersedia melaluinya, karna kita yakin,
dalam kematian yang menjadi akhir perjuangan kita, ada biji yang tertanam,
bertumbuh, dan berbuah. Kitalah biji yang ditanam itu (mati), dan buah-buah itu
adalah orang-orang yang percaya karna kesaksian hidup kita
-
Penganiayaan fisik menjadi gambaran dari
kematian karna mengikut Yesus, tapi kita bermegah akan hal ini, melalui
kematian kita, orang akan semakin tau bahwa Yesus jauh lebih berharga dari hidup
ini, karena Dia adalah hidup yang sesungguhnya
Komentar
Posting Komentar