Stress yang Diizinkan-Nya
Selama hidup setiap orang pasti
pernah mengalami stress, dan tak disangka aku baru menyadari bahwa ini titik
stress hidupku. Setelah berhari-hari larut dalam tangis dan tindakan-tindakan
yang tak wajar aku baru menyadari bahwa yang terjadi padaku adalah ciri-ciri
orang yang dilanda stress. Namun yang berbeda pada tiap orang yang mengalami
stress ialah respon mereka terhadap stress tersebut, begitu juga dengan yang
kulakukan dalam menyikapi stress yang kualami. Tak lama dari hari ini setiap
malam aku menangis, bukan berarti tanpa alasan. Begitu banyak persoalan hidupku
yang membawaku meluapkannya dalam tangisan. Aku seorang muda yang diberi Tuhan
kesempatan jalani hidup dengan banyak tanggung jawab didalamnya. Menjadi seorang
mahasiswa semester 3 yang memiliki tanggung jawab belajar dan mempertahankan
nilai akademik tetap baik ke depannya, ditambah aku punya sejuta mimpi yang
terbilang terlampau tinggi. Menjadi seorang anak bagi orangtua yang memiliki
sikap yang sungguh menguras deras emosiku. Menjadi seorang kakak bagi adik yang
terkadang berespon menyebalkan dan selalu asyik dengan gadgetnya. Menjadi
seorang adik bagi kakak dan abangku yang memiliki persoalannya masing-masing,
dan Agustus ini aku resmi menjadi aunty bagi keponakan pertamaku yang amat lucu
dan tampan. Menjadi seorang teman bagi teman-teman di sekitarku yang
karakternya berbeda-beda. Menjadi anak Tuhan yang dipercayakanNya dengan
pelayanan-pelayanan luarbiasa bagi Dia. Menjadi anak muda apalagi seorang
wanita yang punya sisi kebutuhan memperbaiki penampilan ditambah perasaan yang
tertuju pada lawan jenis hingga pemikiran terhadap pasangan hidup di masa
depan, ya ini dikenal dengan gejolak asmara. Belum lagi organisasi yang aku
ambil selama 1 tahun perkuliahanku, juga tanggung jawab kepanitian kampus yang
aku ikuti. Tak ketinggalan persoalan keluarga inti dan keluarga besar yang
paling memberi pengaruh hidupku sampai ke titik stress ini. Dalam tulisanku ini
aku tidak menjelaskan secara rinci apa saja hal-hal konkrit yang sampai bisa
membuatku stress dan merasa di titik terendah sekarang ini, yang pasti setiap
kita punya penyebab-penyebab tersendiri yang membuat kita stress. Entah itu
karena keuangan, pendidikan, percintaan, pertemanan, pelayanan, keluarga, dan
sebagainya yang membuat kita melakukan hal-hal yang bisa dikatakan tidak wajar
karena berlarut-larut dalam tindakan itu ditambah keinginan yang terlintas
untuk mengakhiri hidup ini. Aku mau berbagi tentang bagaimana Tuhan menolongku
untuk berespon benar terhadap stress yang diizinkanNya hadir dalam hidupku.
Awalnya aku bertanya-tanya “Kenapa persoalan ini tak kunjung usai, Tuhan?”
“Kenapa harus aku?” “Tuhan Kau dimana, aku membutuhkanMu?” dan masih banyak
pertanyaan-pertanyaan yang jika dilihat ada letak keraguanku pada Dia Sang
Pemberi hidup. Aku hancur sehancur hancurnya saat aku datang pada Dia, aku
menangis gak karuan karna aku benar-benar gak kuat, tapi yang kutau aku mau
tetap didekatNya. Berdoa, sarana komunikasiku dengan Tuhan, dalam doa aku
curahkan semua yang kurasakan, kupikirkan, tak peduli sepanjang apa kalimatku
denganNya, sejelek apa mukaku dihadapanNya, yang kutau aku mau bilang ke Bapaku
apa yang kualami dan mengharapkan pertolongan dariNya. Berada di komunitas yang
membangun, yang kusebut keluarga keduaku, sekumpulan anak-anak muda di dalam
Tuhan yang punya kerinduan untuk semakin serupa denganNya, dengan berada
ditengah-tengah mereka kita saling belajar menguatkan satu sama lain,
memperkatakan hal-hal positif, bersikap positif bersama membawa pengaruh baik
bagi hidup kita, dalam komunitas ini kita mengambil komitmen bersama untuk
saling menopang satu dengan yang lain dalam sgala situasi. Ditambah lagi kita
sama-sama melakukan suatu kegiatan yang membawa semangat muda dalam Tuhan. Mengucap syukur, hal yang sulit dilakukan
ketika berada diposisi stress ini, tapi percayalah bahwa ucapan syukur membantu
kita melihat segala sesuatu baik walaupun sedang dalam kondisi tidak baik.
Sulit untuk dilakukan memang, belum lagi dalam doa sering kita selingi dengan
aduan kekeluhan-kekeluhan pada Tuhan atas apa yang kita hadapi saat ini. Tapi
jadikan ini tantangan pribadi untuk lebih banyak mengisi ucapan syukur saat
berdoa padaNya. Lalu, aku ingat dengan Firman Tuhan yang pernah disampaikan
salah satu pendeta, ia mengingatkan bahwa kita perlu melihat segala sesuatu
dari perpektif Tuhan. Apa maksudnya? Tanya pada diri kita WWJD, what would
Jesus do, kalau lagi dalam persoalan seperti aku ini ya? what would Jesus do,
kalau lagi kondisi seperti ini ya? pembelajaran dari tingkat stress yang aku
alami ini sungguh membuat aku semakin merasakan kehadiran Tuhan yang real dalam
hidupku. Dia tidak tinggal diam melihat aku meraung-raung dalam tingkat
stressku ini. Dia juga mengingatkanku kembali pada FirmanNya bahwa aku adalah
prajuritNya, seorang prajurit tidak memusingkan persoalan-persoalan hidupnya (2
Timotius 2:4) aku memaknai Firman ini secara pribadi begini, prajurit tidak
akan fokus pada persoalan yang dihadapinya itu seperti apa, tapi prajurit fokus pada siapa
komandan yang memimpinnya. Bukankah Komandanku ialah Dia, Tuhan Yesusku, yang
jauh lebih besar dari masalah-masalah hidupku. Aku mau terus belajar mengimani
janji-janji Tuhan dalam hidupku, aku mau belajar terus mengingat dan percaya,
kalau dulu Tuhan tolong aku, pasti sekarang dan ke depannya Dia juga tolong
aku, karena Dia adalah Tuhan yang sama, Tuhan yang tidak berubah, yang tidak
pernah gagal dan lalai. Mungkin persoalan-persoalanku tidak langsung instan
selesai oleh karena aku sudah berdoa, punya komunitas, sudah mengucap syukur,
belajar melihat masalah dari perspektif Tuhan, tapi ada proses di dalamnya yang
mempersiapkan aku lebih kuat menyambut persoalan-persoalan lain yang jauh lebih
besar di depan sana, lebih aktif memperkatakan Firman Tuhan dengan melakukan
pekerjaan-pekerjaan Tuhan di depan sana, kalau Tuhan izinkan aku stress itu
karena Tuhan tau aku sanggup melalui ini bersama Dia, kalau Tuhan izinkan aku
down itu karena Tuhan mau bentuk aku semakin serupa dengan Dia, kalau Tuhan
izinkan aku lalui satu masa yang banyak tekanan di dalamnya, itu karena Tuhan
mau aku naik ke level berikutnya. Kalaupun aku mulai berbelok atau hilang arah
aku pun tau dan percaya Dia akan segera bawa aku berbalik dan berjalan dalam
jalanNya. Di depan sana akan ada stress-stress lainnya yang akan aku alami dan di
depan sana juga tetap ada Tuhan yang sama yang menolong aku bangkit. Yang
terpenting aku mau terus ada dalam hubungan intim dengan Tuhan, karena itu yang
menentukan tindakan dan respon apa yang kita ambil dalam menghadapi stress
hidup. Ini soal pilihan, soal sikap, bukan situasi. Gbu^^
Komentar
Posting Komentar